Minggu, 28 Juli 2019

Definisi Rezeki

Suatu ketika gue ngerasa risih dengan sebuah grup pertemanan gue. Grup ini biasanya sangat menghibur karena ketika kami kumpul, gue rasanya akan lupa dengan banyak persoalan hidup, ketutup banyak hal yang bisa kami tertawakan. Pada awalnya ya.. seperti itulah. Kami berpisah karena punya karir masing-masing. Mereka yang berjumlah tiga orang kerja di tempat yang sama, jadi gue satu-satunya yang jarang ketemu mereka. Suatu ketika itu, gue ngeliat ada hal yang beda antara dulu dan sekarang-sekarang ini saat kita kumpul. Candaan khas itu rasanya jadi lain. Dari beberapa kali ketika gue kumpul dengan mereka, ada satu hal yang hampir selalu mereka selipkan pada setiap topik yang diobrolin: Gaji. "Gaji lu berapa?", "Yah padahal lo bisa dapet lebih", "si anu aja udah bisa beli X, iya gak?", "gaji gue segini kemarin minta naik dikasih", "temen gue si anu, dia udah 2 digit gajinya", "rencananya gue mau minta naik lagi jadi sekian sekian dan bla bla bla".  Salah seorang di grup ini selalu menyulut topik itu, seseorang yang kebetulan paling deket dengan gue. Gue percaya setiap orang punya bekal masalahnya sendiri-sendiri. Teman gue si A punya masalah, begitu juga dengan si B dan C. Begitu juga dengan gue, yang kebetulan masalah yang gue bawa dalam pikiran adalah soal ekonomi. Ya, saat gue mau ngelupain masalah itu dengan ngumpul bareng mereka seperti dulu, kenyataannya sebaliknya. Kepala gue rasanya tergoreng. Semenjak pengalaman beberapa kali kumpul itu, gairah gue untuk kumpul dengan mereka habis. Beberapa kali gue memotivasi diri untuk bilang, "tenang ya tenang, penghasilan lo cukup kok, jangan denger mereka", beberapa kali juga motivasi itu hancur kalau dihadapkan dengan mereka.

Berangkat dari pengalaman itu, rasanya gue menambah beberapa hal yang baru gue sadari. Pertama, grup itu rasanya gak berdampak baik buat gue (seusaha-usahanya gue untuk ambil hal positif dari pengalaman itu, hasilnya sama: gue gagal menamengi diri dari hasad). Kedua, gue masih susah bersyukur. Dan ketiga, gue lemah, digituin mereka aja langsung loyo.

Setelah berkeluarga, setiap membuka mata dipagi hari, gue selalu bertanya ke diri sendiri: Uang bulan ini cukup gak ya? Kiriman ke orang tua dan mertua gue cukup gak ya? mereka makan kan? Uang bulanan masak cukup gak ya? Listrik duh tinggal berapa lagi ya? Tabungan anak udah segimana nih? Bulan ini ada rencana dadakan apa lagi ya? dan lainnya. Ya, semua ini tentang hal-hal yang menjadi tanggung jawab gue.

Istri gue menyadari dengan hal aneh yang sering gue tunjukan setiap hari. Dengan tenang, dia nanya pelan-pelan ke gue apa masalahnya, apa yang bikin gue begini. Gue lalu menceritakan segala hal itu pada akhirnya. Dia pendengar yang baik. Ia menunggu gue selesai bercerita agar bisa mulai berbicara.

"Suami, apa rejeki itu selalu soal uang?", Tanya dia. "Enggak, kan?", Respon dia bersamaan gue yang menggeleng kepala.

Entah kenapa saat itu gue merasa di tampar. Rasanya dulu gue gak begini, gue hidup nyaman senyaman-nyamannya dengan apa yang gue peroleh dan punya, gue biasanya gak mempersulit diri. Tapi entah kenapa, belakangan ini gue jadi seperti begini. Emang ya, syetan itu paling jago. Gue terpengaruh dengan perbandingan dan perbedaan yang grup itu selalu layangkan, gue tenggelam ke jurang, dimana standar kebahagiaan gue malah jadi berpatok ke standar kebahagiaan mereka. Salah banget. Gue salah banget kalau mengubah standar karena ucapan mereka.

"Pernikahan kita udah jalan hampir dua tahun, kita pernah gak sehari aja gak makan cukup?", tanya bini gue lagi. "Kan kita baik-baik aja, kenapa harus kepikiran mereka bilang-bilang soal gaji mereka segini dan kamu segitu", katanya melanjutkan. Rasanya seperti ada air yang nyiram dada gue. Istri gue, seseorang yang gue khawatirkan nasibnya itu karena ketidakmampuan gue mencari penghasilan sebesar orang-orang di grup itu, ternyata gak pernah mempermasalahkan apa yang gue dapet selama ini. Lalu.. selama ini gue itu menyalahkan diri karena mau membahagiakan siapa? Loh kenapa orientasi gue jadi ingin membahagiakan kuping mereka gini ya?

Istri gue lalu bercerita pengalaman gue dan dia semenjak menikah, ketika duit sisa 30rb sementara gajian masih beberapa hari lagi, tau-tau tetangga ngirim makanan. Dilain waktu, tau-tau di kantong baju kami ada uang yang mungkin kita lupa ambil. Dilain waktu lagi, tiba-tiba ada orang ngorder desain ke gue sejumlah yang cukup untuk apa yang kita butuhin. Tau-tau, secara gak sadar sebenarnya Gue dan istri udah diperlihatkan sebuah janji dari Allah, ketika Allah bilang akan menjamin rezeki orang yang berumah tangga, it's true, i swear it's really happen to me. Wait, No, it's not about me but us. I mean, Allah always save us, not only me.

"Apa rejeki selalu soal uang?"
No. Enggak 100%. Rejeki itu soal banyak hal. Sehat itu rejeki. Bayangin kalo lo sakit, harus bayar cek ke dokter, kena potongan gaji pula. Ketenangan itu rejeki, karena rasa tenang selalu membuat gue lebih produktif. Dikelilingi orang yang positif juga rejeki, karena kita jadi bisa belajar dengan mereka, ilmu gratis. Rejeki itu soal banyak hal.

Pada akhirnya, grup gue itu, mereka sama sekali gak ada keharusan mengerti posisi gue dan apa yang lagi gue alamin soal hal-hal itu. Nyokap selalu bilang kalau kita gak bisa kalau berharap agar orang melakukan hal seperti yang kita mau, sebagai alternatifnya kita yang harus bisa menaungi sifat dan sikap orang lain, mencoba meng-'yaudahlah biarin dia ngomong apa juga soalnya mereka kan gak tau apa yang sebenernya terjadi di hidup gue'. Kebahagiaan itu kita yang punya standarnya, orang lain gak berhak menguasai standar kita itu.

Tanpa standar mereka, sebelumnya gue sangat merasa cukup, bersyukur dengan perolehan gue. Mungkin untuk belakang ini, gue harus terapi bersyukur dengan gak menemui mereka dulu. Dasar lemah ngana wal.

Oh ya, percayalah Ada maksud dari setiap rencana Allah. Percaya jugalah. Bahwa ketika kamu menginginkan nasib orang lain, ada orang lain juha yang menginginlan nasib sebaik kamu.

0 komentar:

Posting Komentar

Sebagai manusia normal, gue masih banyak kekurangan. apabila ada kritik ataupun saran silahkan disampaikan disini. dengan catatan: harus sopan :)