Minggu, 01 Mei 2016

Sekotak bahagia dalam kenyamanan



Gue lagi males di rumah.

Bukan karena ada masalah dengan orang rumah, tapi karena rumah selalu memberi waktu begitu luang, yang cukup untuk mengundang tanya. Tanya dan tanya. Tanya demi tanya. Tanya untuknya yang belum pernah bisa diantar jari-jari ini, atau bahkan mulut gue.

Gue pikir mungkin tiap orang pernah benci ada di keramaian, disaat yang lain mungkin dia menjadi benci sepi. Gue? Gue benci sayur #kaganyambung. Oke, gue lebih suka dikeadaan yang sepi, dan tanpa sayur tentunya. Biasanya sepi memberi banyak kesempatan menemukan gue dengan kenangan, atau dengan rencana-rencana. Biasanya, sepi begitu nikmat dengan secangkir teh tawar, sambil duduk di dekat meja kamar, di malam hari yang sunyi, tidak lupa ada lelah diantaranya. Hal-hal seperti ini ibarat sekotak bahagia dalam kenyamanan. Gue senang dengan kondisi seperti itu. Gue rindu kondisi seperti itu. Ya, gue rindu. Hal-hal itu belum lagi bisa gue nikmati dalam sebulan ini. Bukan karena waktu, tapi karena rasa nyaman yang hilang.

Beberapa waktu lalu, hampir 5 bulan yang lalu tepatnya, gue dan dia bicara sesuatu yang serius. Ya serius, asli, bukan ngomongin tamiya atau berbi, atau bisma smash, bukan. Kami ngobrol lebih serius. Soal rencana hidup kedepan. Ga kedepan-kedepan banget juga sih topiknya. Tapi cukup maju. Kami bicara tentang hubungan yang halal. Ya, momen dimana 5 bulan lalu itu begitu memotivasi gue untuk kerja lebih semangat, lebih menikmati setiap proses dengan senyum, meringankan sesuatu yang memberatkan hati. Meskipun tau, gue masih berbagi tempat dengan orang lain. Berbagi satu slot untuk masa depan. Gue dan orang lain itu masih memperjuangkan satu slot. Itu hatinya. 

Rasa nyaman adalah hal yang mutlak sebagai alasan terbaik kenapa kita tetap tinggal. Nyaman dan senang adalah keinginan tiap orang. Pasti itu. Rasa nyaman yang menyenangkan mulai memudar menjadi rasa nyaman yang bertanya-tanya. Dari sini gue belajar sesuatu yang lain, hidup 'mengapung' dalam hampir 5 bulan cukup untuk ngebuat harapan berubah menjadi keikhlasan. Walaupun ada yang bilang "orang ikhlas ga bakal bilang kalo dia ikhlas". Masa bodo. Karena gue yakin, gue ikhlas. ngapa? ga seneng lu? #lahbaper

Sorry. Tadi dibajak.

Di sebuah pembicaraan dengannya melalui teks beberapa hari lalu, ketika gue sedang pelan-pelan mendayung menjauhi pusaran dekat hatinya, karena saat ini bahkan sampai kapanpun, tenggelam bukan pilihan yang tepat, saat itu, ia bicara tentang kebahagiaan.

"Gue pengen bahagia"

Gue hanya menangkap kegantungan dari kalimat-kalimatnya kala itu, dan untuk bertanya maksud, gue sedang lelah untuk bertanya maksud, karena 'mendayung' bukan pekerjaan enteng. Hari itu gue hanya butuh setitik keberanian, untuk bertanya balik,

"Bahagia. Gue bisa minta kesempatan?"

"kalau belum, apa karena Gue masih belum meyakinkan?


Sayangnya, Setitik keberanian tidak juga datang, sampai chat berakhir dengan dua ceklis biru di layar gue, lagi. Malam itu, teh menjadi teh terpahit, malam menjadi malam tersunyi, dan hari menjadi hari paling lelah. Gue terbawa masuk ke dalam pusarannya, lagi.

Gue lagi males di rumah.

Ya, gue lebih memilih keluar rumah dan pulang dalam keadaan kantuk. Biar ketika pulang, gue tau tujuan gue hanya kasur. Bukan duduk didekat meja (lagi).

Satu hal lagi yang bisa gue buktikan, bahwa kondisi yang nyaman kini bukan jaminan selamanya begini. Kita terlalu nyaman dalam suatu kondisi, sehingga kita lupa bahwa hidup itu seperti roda.

Gue? Gue juga punya kehidupan. Gue sempat lupa kalau gue juga adalah roda. Dan roda gue sedang berputar-putar, dikayuh seorang hawa yang gue damba. Ya, dia adalah seorang wanita, yang amat sangat gue suka. Dialah sekotak bahagia dalam kenyamanan gue. Mungkin dia hanya belum sadar, karena ia hanya terjaga mengayuh roda.

Sampai saat ini, yang bisa gue harapkan hanya satu,

Agar roda ini berhenti dengan aman.



Related Posts:

  • Dug.. dug.. dug.. taktaktak.. Barusan gue ga sengaja ngeliat tukang jus buah dipinggir jalan, lalu gue tiba-tiba jadi keingetan sama tim perkusi gue di SMA dulu(ga nyambung nyet -__-). jadi gini, dulu gue pernah ikut perkusi sewaktu di SMA (sumpah, g… Read More
  • OSIS dan ... kita "Satu Tahun", Ada yang bilang satu tahun itu lama ? mungkin iya kalo lo kerjaannya Cuma tidur, ngupil, trus tidur lagi, buang air dan terus menerus ga ada perubahan baru. Kalo gitu caranya kita bakal ngerasain ban… Read More
  • [VID] Garut - Bandung - Bekasi Halo, ini bagian dari program #postinganfaedah gue, kali ini gue mau coba mulai posting sesuatu yang ga tulisan aja. dan inilah jadinya. Selamat menikmati! (btw cuma pake kamera hape, maklumi deh ya, namanya juga dadakan. k… Read More
  • Postingan setelah sembuh Tadaaaa..... gue nulis posting lagi *plis terkejut kek!!* ini udah satu, dua, yaa dua bulan gue ga nyentuh blog ini. kalo blog gue bisa ngomong mungkin doi bahagia karna hal itu. oke apa kabar blogerwan dan blogerwati … Read More
  • Catatan hari ini “itu bang meddiii!!!!”, teriak gue ketika gue, akbar, panji dan aziz lagi nongkrong di perempatan deket rumah gue dan rumah akbar. Ya, dari kecil gue udah nongkrong, tapi bukan nongkrong sambil bawa rokok di ketek ata… Read More

0 komentar:

Posting Komentar

Sebagai manusia normal, gue masih banyak kekurangan. apabila ada kritik ataupun saran silahkan disampaikan disini. dengan catatan: harus sopan :)