Minggu, 30 Juli 2017

BRB (Bukan Rambut Biasa)

Dari dulu ada hal lain yang bikin gue takut dateng ke sekolah, selain karena matematika, bukan juga karena grogi ketemu orang yang gue taksir. Tapi karena Razia Rambut. *Fix ini postingan ga bermakna lagi

Gue gatau kapan gue mulai mengidam-idamkan punya rambut panjang. Yang jelas, gue ga suka rambut pendek, ga cool aja. Selama ditingkat SD gue ngerasa aman,  ga panjang juga si tapi mayan tebel lah. Baru ketika SMP gue kenal dengan istilah razia rambut. Olahraga jantung gue di mulai setiap hari.

Gue inget guru-guru gue yang suka ngerazia. Bukan cuma gue yang inget, seluruh keturunan gue bakal tau, ini sejarah buyut mereka, mereka harus tau (lebat jir). Gue inget pernah dibuat pitak tapi ga gue rapihin karena bakalan jadi cepak kalo gue rapihin. Gue inget ketika SMA guru yang ngerajia gue motongin rambut gue dengan rapih, gue ga perlu ke cukur rambut lagi buat rapihin. Gue inget guru yang sama ketika SMA, jadi guru yang ngerajia gue terparah, digondol sampe rambut gue cepak. *Ada fotonya tapi belom ketemu . Selama SMP dan SMA, gue paham seperti apa jadi pelarian, jadi buronan guru BP gue. Bukan cuy, bukan pelarian hati gebetan gue. Aman itu mah.

Kehidupan yang seperti pelarian ini bak dibalik ketika gue kuliah. Yap, gue kuliah desain. Dan lingkungan gue yang gondwong gondwong mamen ini kaya bukan hal aneh. Kampus gue tetep menerapkan aturan rambut dicukur tapi cuma untuk ujian aja. Sayangnya selama kuliah gue ga berkesempetan gondrong se-Rapunzel. Alasannya? Dulu Nyokap-bokap ga se-ngebolehin kaya saat ini.  Kalo sekarang? Beuh. Udah, beuh aja jawabnya.

Setelah wisuda, rambut gue gondrong pake banget. Lebih tepatnya semenjak gue kerja. Kantor lo ga larang? Alhamdulillahnya engga. Mungkin ada yang pernah baca postingan gue yang ini >>    . Gue yakin, 1 dari 1.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000 orang yang gue kenal pasti pernah baca. Itu juga ga sengaja paling. Pada intinya, rambut gondrong ini lebih dari soal gaya. Rambut ini trigger.

"Kamu kenapa sih suka banget gondrong?", Tanya cewe gue disuatu malam, ketika gue dan dia abis bahas soal ee-nya dia yang lagi keras.

Betul juga, Kenapa ya? Gerah juga kan, lebat, kalo dibongkar bisa aja ada kutu lagi tiduran di atas ketombe. Terus kenapa? Sederhana sih, Rambut ini memacu gue, karena kebutuhan gaya bukan hal utama (bagi gue). Rambut gondrong ini beban. Gue mempertahankan rambut ini untuk mempertahankan beban.

Buat yang udah baca postingan gue sebelumnya mungkin akan paham, seberapa lebaynya gue buat bangkit dan mencintai dunia desain. Seperti yang gue pernah bilang, rambut gondrong dikalangan pekerja kreatif mungkin bukan keanehan. Merubah diri supaya teridentifikasi sebagai pekerja kreatif, itu tujuan gue manjangin rambut. Rambut ini beban. Ya, betul. Beban. Gue merasa terbebani dengan rambut ini. Gue terbebani kalau gue ga maju-maju, kalo gue gini-gini aja. Ketika rambut ini ngerubah image gue jadi lebih 'nyeni', gue jadi berubah ke mode rage: lebih semangat buat belajar hal baru (terutama soal desain), juga belajar untuk meningkatkan skill cetek gue. Rambut inilah, yang bikin gue kaya 'desainer banget'.

Setiap orang punya cara sendiri untuk nyalain sumbu semangatnya. Sumbu semangat gue ada diemot love yang cewe gue kirim via chat #ea. I mean, dalam urusan memotivasi diri, biar lebih greget di dunia baru gue (dunia desain), rambut ini efektif.

By the way, Rambut gondrong ini ajaib. Dalam sekejap bisa merubah cara orang manggil gue. Yang tadinya manggil mas, pas gondrong pada manggil bapak. Ya. Gue gatau apa jadi setua itu muka gue, tapi gue yakin kacamata frame bulat yang gue pake pasti punya andil disini (nyari alesan). Ini sih penting ga penting, di skip juga boleh haha (malah dari mula postingan ini udah ga penting). Jadi setelah gue perhatiin ada kombinasi antara kumis dan rambut yang mempengaruhi panggilan (man only):

- Kombinasi 1 > rambut pendek + ga kumisan = dipanggil 'Mas', kadang 'dek' sama yang lebih tua
- Kombinasi 2 > rambut pendek + Kumisan = dipanggil 'om'
- Kombinasi 3 > rambut panjang + ga kumisan = dipanggil 'bang', tapi pernah asli gue dipanggil 'mbak', ga paham lagi matanya kenapa
- Kombinasi 4 > rambut panjang + kumisan = dipanggil 'bapak'

Rambut mungkin hanya organ seperti benang yang tumbuh dikulit hewan dan manusia, terutama mamalia, yang muncul dari epidermis(kulit luar). Aneh? Ngerasa tulisan gue terlalu cerdas? Ya. Betul. Ini dari Wikipedia. Percayalah, gue ga sepintar Wikipedia. Percayalah, yang orang bilang rambut itu mahkota, atau menambah kepercayaan diri, itu semua betul.

Bahkan, hal yang tak terduga bisa jadi sangat berarti buat hidup manusia.

Seperti rambut.

0 komentar:

Posting Komentar

Sebagai manusia normal, gue masih banyak kekurangan. apabila ada kritik ataupun saran silahkan disampaikan disini. dengan catatan: harus sopan :)