Sabtu, 29 Juli 2017

Desainer bukanlah Cita-cita gue

Ga pernah sekalipun gue kepikiran bakal jadi desainer kaya sekarang. Sedikitpun. Engga. Sumpah engga! #maap #lagisensi

"Awal cita-citanya apa?", Tanya guru TK yang masih jelas gue inget.
Dengan gagahnya gue bilang (tentu dengan suara yang masih cempreng) "pilot". Tsadesss. Pas udah gede jangankan naik pesawat, naik lift aja gue jiper.

Tujuan hidup gue berubah ketika SMA. "Jadi, kamu mau cari jurusan apa?", Tanya guru konseling gue. "Kayanya.. Guru TK bu", kata gue dengan jelas. Guru gue ketawa. Gue ikut cengar cengir, lalu.. semakin gue ketawa semakin gue sadar gue ga pantes.. fix, gue ga punya cita-cita sekarang. Alasan gue mau jadi guru TK? karena gue seneng komunikasi sama anak-anak, itu aja sih (walau 8 dari 10 anak nangis duluan liat kumis-jenggot gue). Pernah gitu kepikiran #sambilliatbulan #biarngedrama, suatu saat kalo gue berhasil ngedidik anak anak ini jadi bersikap baik dan jadi orang yang berhasil, gue pasti bangga banget. Ya, gitudah. Cita-cita spontan itu tadinya ngebuat gue berapi-api. tadinya. ya tadinya. Tapi setelah keluar dari ruang konseling, Gue hanyalah pemuda kumuh yang bercita-cita spontan. Andai nelen ludah aja digaji. Pft

Setelah merenung semalaman, ditemani kenari-kenari bokap gue yang bikin merinding (berkicau mulu). gue barulah tau profesi macam apa yang gue idamkan.

"Pokonya nih, gue ga mau lagi deh tuh nemu matematika, kimia, fisika, dan semua itung-itungan kampret ini", jelas gue ke Alfi di kelas, Alfi temen SMA gue

"Lo tau ka mirza ga wal? Lo desain aja kaya dia katanya ga ada itung-itungannya tuh"

"Seriusan?"

"Iye, tesnya aja cuma gambar dan wawancara"

Oke, jadi disitulah mula gue bergelut dibidang desain ini. "Gue Anti-pelajaran penuh rumus, maka Jurusan Desainlah solusinya", kata gue dalam hati. cetek juga pikiran gue ternyata. Intinya, gue masuk desain (awalnya) bukan karena passion, skill juga engga apalagi. Gambar rumah aja dikira gambar duren.

Alhamdulillah gue diterima disebuah Politeknik. Setelah gue mulai perkuliahan, emang bener sih mayoritas pelajaran gue ga itungan (cuma mata kuliah kalkulasi Desain yang ada), tapi tugasnya itu loh... Kaya mens nya cewe dihari pertama, banyak banget
Mungkin untuk orang lain yang merasa ada dijalur yang tepat (berkarir di bidang yang dia rasa sesuai dengan passionnya), pekerjaan yang dia lakukan menyenangkan. Gue iri rasanya. Passion gue bukan di desain. Gue mau berjualan, berjualan makanan, makanannya gue masak sendiri, dengan resep ala gue. Nyatanya, gue masak aer aja gurih kecut gimana mau masak resep yang lebih advance.

Passion mendesain gue baru sedikit muncul di bulan oktober 2 tahun lalu, di beberapa saat ketika gue baru lulus kuliah, waktu lagi nganggur. Ketika itu gue mempertanyakan banyak hal ketika malam.
"gue sebenernya suka desain atau engga?"
"Kuliah butuh uang, bukannya jadi mubazir kalo nyari kerja lain?"
"Skill gue ga nambah-nambah, apa emang ga bakat?"
"Gue ga ada kemajuan, temen-temen gue semakin ningkat, gue ini salah jalan atau kenapa?"
"Kenapa gue ga jadi guru TK aja?"
"Lo mau nikah muda tapi sekarang aja ga ada kerjaan, nikah muda lo cuma mimpi?"
"Mau nekat nikah, tar keluarga lo hidupnya gimana?"

Bahkan ketika masa nganggur, gue ga berani deket sama cewe. Gue takut keinginan nikah muda gue timbul lalu gue sampein ke dia, sementara karir gue berjalan maju aja engga. Ujungnya, gue php-in dia. #trauma #diphp-in #najongbaperan

Satu hal yang saat itu harus gue terima dan eja berulang-ulang di kepala, "udah terlanjur". Kalo aja doraemon itu nyata, selain bisa gue jadiin bantal, pastilah mesin waktunya berguna disaat-saat kaya gini. Tapi ayolah wal, mesin waktu doraemon cuma fantasi. Hidup ga bisa gue ctrl+z, tapi bisa gue layout ulang, dimulai dari ctrl+o lalu edit apa yang seharusnya di edit. Saat itu gue sadar, Semua perubahan arah ini bisa berjalan semenjak gue belajar mengikhlaskan. Mengikhlaskan kesalahan masa muda yang udah gue perbuat, memaafkan diri gue yang egois dan ceroboh karena mulanya memilih bidang karir bukan karena hati. Gue menerima setiap yang udah terjadi, yang sempet ngebuat gue putus asa, setelah gue merobek segala kepercayaan gue atas dunia desain. Gue menyapunya. Mengumpulkan lalu ngebawanya kesebuah bengkel untuk gue benarkan semampu gue, sambil meminta maaf. Ya saat itu, gue menangis karena malu menyalahkan dunia desain atas segala kekacauan ini.

Saat itu gue mulai terbuka, mulai menerima kalau desain adalah bagian dari hidup gue sekarang, terlepas dari apakah ini yang gue impikan atau bukan. Gue mulai sering ngeliat referensi desain, seperti beberapa teman gue yang lain. seperti yang pernah Feri sarankan. Gue mulai mengidolakan teman-teman gue, bukan lagi sebagai pesaing yang harus gue kejar aja, tapi gue pelajari. Gue rajin melihat akun porto beberapa teman gue, untuk memacu gue, gue juga harus bisa ikut maju seperti mereka.

Saat ini gue kerja disalah satu pengembang website dan mobile Aplikasi di kota Bekasi. Dikantor ini, sedikit demi sedikit benih passion gue disirami, semakin tumbuh dan tumbuh menunggu kapan bersemi. Gue ga pandai menilai djri sendiri, tapi gue yakin gue sudah lebih baik dari 2 tahun lalu. Walau Ga gue pungkiri, kadang gue sering khawatir apa gue bisa berkompetisi di dunia gue atau engga.

Gue masih muda, petualangan cita-cita gue masih akan berjalan untuk waktu yang random. Gue harap apa yang gue jalani sekarang bisa ngebawa gue ke arah yang baik, rasanya gue ga perlu jadi brilian, yang penting gue menikmati segala perjalanan, bersama dunia baru gue. Gue ga menyesal karena ga jadi pilot, gue ga lagi memendam keinginan jadi guru TK. Cukup menerima dan menyiram benih baru yang gue tanam sejak kuliah. Sampai ia tumbuh dan berbuah, dan kelak, bisa gue petik bersama orang-orang yang gue sayang.

Dan begitulah. Cukup begitu.
Sesederhana itulah petualangan yang gue harap.

0 komentar:

Posting Komentar

Sebagai manusia normal, gue masih banyak kekurangan. apabila ada kritik ataupun saran silahkan disampaikan disini. dengan catatan: harus sopan :)